30 Nov kemarin, jam 3 pagi tiba-tiba Putri (istriku) membangunkanku, air ketubannya sudah pecah.
Langsung deh grasa-grusu ke RS Yadika Pondok Bambu
Sampai disana langsung masuk kamar bersalin, setelah diperiksa oleh bidan, ternyata sudah bukaan 3..
Ya sudah, langsung disuruh tinggal disitu sambil menunggu bukaan-bukaan selanjutnya.
Makin lama kontraksi-nya Putri makin sering dan menyakitkan.... sampe nggak tega ngeliat dia ngeringis-ringis gitu, bahkan pas udah bukaan 6 sepertinya sakitnya semakin menjadi-jadi sampai seorang Putri bisa berteriak kesakitan (sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelum-nya)..
Putri yang tabah, tegar... ternyata bisa juga berteriak kesakitan tidak tahan dengan rasa sakit semasa kontraksi yang makin sering dan makin lama.
Jam 10-an (kayanya.. maklum belum punya jam tangan), Dokter Ismail (dokter kandungan Putri) sudah standby di sisi Putri dengan peralatan tempur lengkap.
Dan dimulailah proses melahirkan yang melelahkan tapi sekaligus mengharukan.
Erangan pun dimulai, diikuti tarikan nafas panjang, lalu gerakan mengejan yang harus dilakukan untuk mengeluarkan sang bayi dari kandungan Ibu-nya. Sulit sekali pada awal-nya, Putri kelihatan sudah tidak kuat lagi untuk mengejan.. sampai akhirnya dokter-pun menyarankan tindakan Vacuum untuk membantu proses kelahiran.
Sebetulnya aku tidak setuju, tapi melihat kondisi Putri yang seperti itu, rasanya tidak tega, jadi akupun mengiyakan opsi yang ditawarkan oleh dokter.
Ternyata walaupun sudah dibantu dengan vacuum, masih sulit juga untuk mengeluarkan sang bayi dari rahim ibu-nya. Usaha sang ibu untuk mengejan mendorong sang bayi rasanya sulit sekali dan di satu masa terlihat sang Ibu sudah akan menyerah tapi untung suster dan Dokter kandungan terus mendorong Putri untuk terus berusaha...
dan akhirnya....
Keluar juga kepala-nya... Alhamdulillah...
Selanjutnya tinggal dibantu sedikit dengan tarikan dokter, lahir-lah sang bayi ke dunia. Terharu aku melihatnya, melihat tubuh bayi sebesar itu bisa lahir dari rahim istriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar